Before & After engagement | Harapan dan mimpi-mimpi
Aku senang pola komunikasi aku dan Ndi terus tumbuh. Kita sama-sama saling memperbaiki terus menerus sampai kita memiliki pola yang baik untuk berkomunikasi. Jika ada sesuatu yang kurang menyenangkan dan berkenan di hati salah satu, kita akan coba membicarakan dan menyampaikannya, contohnya seperti,
"aku gak suka kita chattingan atau bertelepon tapi kamu sambil main game, karena ketika aku mau berdiskusi atau cerita merasa kamu akan menanggapinya kurang maksimal. boleh main game tapi pas aku udah tidur atau aku gapapa kalo ternyata kamu mau main game, tapi berarti kita gak chattingan dulu"
apakah hanya dengan itu kedua belah pihak langsung mengiyakan?
tentu saja tidak, sebagai manusia yang memiliki ego dan gengsi tidak mudah juga untuk menerima sesuatu dari orang lain. Ndi juga menyerang aku dengan permintaan yang sama.
"iya, aku setuju untuk gak main game pas kita bertelepon dan chattingan. Tapi kamu juga harus mau gak main instagram pas kita telepon" Aku juga setuju perihal itu.
Namun ada beberapa momen yang rasanya tidak ada hal yang perlu diskusikan, aku selalu mempersilahkan Ndi untuk main game kalo mau. Karena apa? ya... tentu saja karena aku juga akan main instagram atau berburu koin di shopee.
Masih ada banyak contoh-contoh kesepakatan antara kita berdua yang lahir dari komunikasi yang efektif dan menunjang untuk kebaikan dan pertumbuhan hubungan ini. Selain itu yang tumbuh dari hubungan ini adalah harapan dan mimpi-mimpi.
HARAPAN dan MIMPI
Ada perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah bertunangan. Beberapa harapan dan mimpi-mimpi jadi semakin jelas dan pasti. Aku ingat betul kita pernah ada di satu malam dan sedang bertelepon lalu menangis berdua karena sama-sama ingin menikah, tapi ternyata jalannya tidak mudah dan rasanya tidak ada langkah yang kita ambil. Sambil sedikit-sedikit kita menyisihkan uang sisa dari mencukupi kebutuhan untuk di tabung buat nikah. Sekali lagi, sejak awal kami tidak ada rencana untuk bertunangan, cerita lengkapnya bisa kamu baca disini. (silahkan di klik jika mau membaca)
Namun ternyata setelah bertunangan mimpi dan harapan yang ada jadi semakin lebih jelas. Aku dan Ndi lebih enak untuk menyusun langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk mencapai mimpi-mimpi ke depan. Seperti kita nantinya akan melangsungkan pernikahan yang bagaimana. Setiap perempuan aku yakin sudah memiliki wedding dream nya masing-masing. Namun karena kita juga memiliki tujuan lain dan mimpi lain seperti ingin memiliki rumah berdua dengan target dan jangka waktu maksimal lima tahun pernikahan. Aku berkali-kali menyadarkan diri sendiri bahwa saat ini tidak penting perihal wedding dream itu, karena yang paling penting adalah kehidupan setelah menikah. Aku berkali-kali mengingatkan diri sendiri dan Ndi untuk mau sama-sama berjuang sebelum menikah, dengan jarak waktu dan sisa waktu ini dan jangan sampai berhutang sepeserpun pada saudara maupun teman. Kita menikah sederhana saja, dan save money untuk kehidupan ke depannya. Semoga Allah mudahkan dan mampukan mimpi-mimpi ini. Sebab kita hanyalah hamba yang sangat membutuhkan pertolongan dari Allah. Semoga Allah mampukan dan Allah cukupkan semuanya. Aamiin yaAllah yaRabbal'alamiin.
Masih ada banyak sekali mimpi dan harapan-harapan kami, tapi biar itu jadi peta konsep antara aku dan Ndi saja, tidak perlu dijabarkan disini.
See you guys...
Terima kasih sudah mau-maunya membaca....
cerita ini masih akan berlanjut (:
_________________________________________________
| Part 2 | Day 2 | 30 Challenge | Menulis di Bulan Ramadhan |
Komentar
Posting Komentar