PERSIAPAN ACARA PERTUNANGAN

Aku merasa komunikasi di hubungan ini lancar. Sepertinya karena kita membiasakan diri untuk ngobrol dan bercerita apapun. Kami selalu menyempatkan untuk menyapa dan bertelepon setiap malam sebagai penutup hari. Salah satu penyebab overthinking  yang berkurang drastis setelah aku menjalani hubungan bareng Ndi adalah karena kita selalu ngobrol dan menceritakan kegelisahan serta kegundahan yang sedang dialami saja. Kemudian juga berdampak ke komunikasi dengan orang tua juga lancar, kami mampu menyampaikan apa maksud dan keinginan-keinginan kami ke depan. Orang tua kami hanya mendengarkan dan sesekali menanggapi jika rasanya ada yang kurang pas. Semua bentuk tanggapan dan masukan orang tua tidak pernah kami terima mentah dan tidak juga kami muntahkan. Kami menyaringnya dan mendiskusikan ulang. Hampir kebanyakan kami setuju dan menerima semua bentuk masukan. Jika tidak pun kami akan pelan-pelan memberikan paham kami kepada mereka. 

Setelah Bapak bertanya dan Ndi menyampaikan maksud dan arah hubungan ini di sore itu. Esok pagi nya, Appa (Panggilan kami ke bapak Ndi) menyarankan kami untuk bertunangan. Beliau menghubungiku lewat telepon Ndi. Ada beberapa pertanyaan dari beliau yang diajukan untukku, 

"Eva sudah yakin belum sama Ndi?"

"Eva mau menerima Ndi dengan semua kondisi dan keadaaan yang dimilikinya?"

Fyi, Ndi itu freelance. Kegiatannya hampir lebih sering di rumah. Ia mengerjakan desain logo dan menggambar. Masih banyak pandangan orang-orang tertentu apalagi di desa yang tidak familier dengan hal itu.

Sejujurnya dua pertanyaan itu bisa aku cerna, namun aku juga cukup memilah kata untuk menjawabnya. Pada intinya aku menjawab bahwa aku sudah yakin dengan Ndi dan aku bisa menerima semua hal tentangnya. 

___________

Jum'at 27 Desember 2024

Appa menyarankan Ndi untuk mengantarku membeli perhiasan emas. Ndi dan keluarganya mau datang bersilaturahmi ke rumahku untuk menanggapi dan merespon pertanyaan bapak kemarin sore. Tentu saja aku belum siap saat itu. Pagi-pagi aku sedang makan dan menonton di ruang tengah, tiba-tiba mendapat pesan dan telepon seperti itu. Aku tidak menjawabnya dengan gegabah, aku menyampaikan bahwa keluargaku sangat terbuka sekali jika keluarga Ndi mau dateng untuk silaturahmi. Tidak perlu membawa perhiasan emas dan sebagainya. Tapi Appa bilang rasanya malu kalo hanya dateng saja. Beliau tetep kekeuh menyarankan nemenin Ndi beli perhiasan emas untukku. 


Aku bertanya pada bapak, katanya kalo bapak terserah aku saja maunya bagaimana. Sejurus kemudian aku meng-iya-kan yang Appa bilang. Aku dijemput Ndi untuk beli beberapa perhiasan emas untuk simbolis. Ndi memberiku sejumlah uang dan aku memilih cincin dan kalung yang senada.  

____________

Ada banyak perasaan yang aku rasakan, tapi didominasi dengan perasaan bingung. Bahkan di motor aku sama Ndi sempet cuma diem aja dan mencoba mencerna tentang ini. Kemudian menyadari bahwa kita harus menyiapkan beberapa hal sambil mengingat apa saja yang bisa dilakukan hari ini. Waktu bergulir cepat sekali. 

Setelah selesai membeli perhiasan, kemudian aku ke rumah Ndi. Mencoba menyampaikan apa yang orang tuaku sampaikan. Awalnya Appa masih mau di hari yang sama datang ke rumahku, tapi aku sampaikan jika jumlah orang yang akan datang bersilaturahmi 10 orang atau lebih, ada baiknya kalo acaranya besok saja karena di rumah belum ada persiapan apapun. Kemudian Appa mulai menghitung orang-orang yang sekiranya akan ikut. Jumlahnya 10 orang atau lebih, jadi Appa sepakat agar acaranya besok saja. 

Kemudian aku menyampaikan ke mama dan kami mulai berencana kira-kira akan menyuguhkan hidangan apa. Bapak menyarankan agar lauknya pake daging saja, karena katanya kalo pake ayam sudah biasa. Mama setuju dan mulai membuat list bahan-bahan apa saja yang akan dibeli di Pasar besok. 

__________

To be continue....


Komentar

Postingan Populer