Ramadhan 2021

Kipas angin berjarak dua jengkal dari tempat dudukku. Ia masih melakukan tugasnya memberi angin lewat tiga baling-baling dibalik jaring plastiknya. Sengaja kusimpan disana, selain udara jakarta yang begitu panas, juga karena aku menggunakan mukena. Keringatku bercucuran sana sini, entah menuju kemana.

Hari ini berharap bisa maksimal dalam beribadah di bulan baik ini. Maunya off semua kegiatan dan hanya fokus ibadah dan memperbaiki diri, berbenah hati dan koreksi pikir. Rasa-rasanya masih banyak urusan diri yang belum bertemu titik "menerima". 

Namun menghentikan semua kegiatan nampaknya bukan solusi yang paling tepat. Setelah diberi kesempatan untuk sakit yang lebih dari seminggu, tidak melakukan kegiatan apapun selain tidur dan makan, tidak menjamin ibadahnya bisa maksimal juga. Ada saatnya jenuh, memilih banyak tidur kemudian bosan. Seketika merasa jadi orang yang ansos, saking tidak berinteraksinya dengan orang lain. *mengerikan.

Kalo dipikir-pikir, memang semuanya butuh porsi yang pas sesuai takarannya. Orang yang kerja terus, suatu hari akan bosan dan jenuh karena pekerjaannya, orang yang nganggur juga akan bosan dan jenuh karena kegiatan menganggurnya. Semua memiliki batasnya masing-masing.

Ramadhan tahun lalu aku full di rumah. Tidak ada jaminan ketentraman hati saat menjalaninya. Sebagai manusia yang masih butuh banyak belajar, aku juga sering merasa kesal di rumah. Kadang hal-hal kecil bisa membuat kesal begitu saja. Mungkin karena banyak hal yang dipendam, akhirnya hal-hal kecil bisa membuat emosi.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, rasanya tidak seimbang, karena memiliki citra rasanya masing-masing. Maka dari itu mensyukuri hari ini adalah jalan ninja menuju ketenangan batin. 

Meskipun diri terus mempertanyakan waktu untuk mudik, namun memang beginilah situasi dan kondisinya, mau tidak mau, suka tidak suka, harus tetap dijalani. Dimanapun menjalani ramadhannya, semoga tidak mengurangi semangat ibadah dan berburu pahalanya. Semangat menjalani 10 hari terkahir di bulan ramadhan.