Cerita tentang Ibu

Hubungan yang paling sulit dijelaskan di penghujung usia 23 tahun dan tinggal menghitung hari menuju umur 24 tahun adalah hubungan antara ibu dan anaknya. Setidaknya itulah yang sedang aku rasakan sekarang, berulang kali aku mencari jawabannya dalam pikiranku namun tak kunjung menemukan jawabannya. Bagaimana mungkin di dunia yang kata sebagian orang kejam ada manusia yang selalu menginginkanmu bahagia, ia selalu membuka pintu maafnya tanpa pernah diketuk, ia mendo'akan setiap waktu, ucapnya adalah do'a dan lakunya adalah kasih sayang. Manusia ini adalah seseorang yang akan mendukungmu mengahadapi semua situasi dan keadaan apapun.


Kamu bisa membenci ibumu, karena satu dan sebab yang lainnya. Namun nuranimu tidak, dengan atau tanpa kamu sadari. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi sebab dengan ijin Allah ia adalah manusia yang menghidupimu. Kamu makan di rahimnya lewat ari-ari yang tersambung, detak jantungmu bergantung padanya. Aku percaya bahwa Allah tidak pernah menitipkanmu pada sembarangan orang, dan ibumu adalah orang terpilih untuk melahirkanmu ke dunia. Ia adalah manusia pilihan yang diberikan tugas untuk mendidik dan menjagamu di dunia ini. Setelah kamu lahir dari ibumu, Allah mewakilkan ridhonya pada orang tuamu. Bagaimana kamu bisa membentaknya, meneriaki dan membuatnya menangis, sedangkan pemilik semesta ini sudah begitu percaya padanya.


Saat ibumu menyiapkan sarapan di pagi hari, mencuci pakaian kotormu, dan membangunkanmu dari tidur saat hendak pergi ke sekolah; kamu anggap itu adalah kewajiban beliau. Kamu tidak mau mencoba mengerti dan melihat itu sebagai sebuah "kebaikan" yang ibu lakukan untuk anaknya. Lupa bilang terima kasih karena sudah suka rela melakukan semuanya tanpa imbalan apapun. Apalagi alasan dari melakukan semuanya, kecuali wujud dari perasaan sayang? 



Komentar

Postingan Populer