Menunggu 145
Sejujurnya aku menantikan hari dimana aku mengenalkanmu dengan keluarga besarku. Aku mengantarmu dari satu rumah ke rumah yang lainnya menemui saudaraku. Aku mau kau tahu bahwa aku tak akan pernah mengenalkanmu sebagai orang baik pada orang yang kutemui. Aku menyerahkan kesimpulan nilai tentangmu pada mereka yang bertemu denganmu. Manusia selalu pandai dalam menilai bukan, bahkan sejak pertemuan pertama.
Aku tidak ingin menuntutmu lebih, tak mau mengada-ngada hal yang tak ada padamu. Aku ingin kau bersikap apa adanya, semampumu. Aku tidak akan terpengaruh oleh omongan orang-orang tentangmu. Sudah kubilang bahwa aku keras kepala perihal mencintai. Aku akan mengikuti hatiku. Bukan karena aku begitu percaya pada pilihanku sendiri, tapi karena aku percaya pada-Nya. Ia akan menuntunku pada jalan yang menurut-Nya paling baik. Maka jika kamu adalah yang terbaik untukku, kita akan dipersatukan dengan cara-cara yang ajaib. Kisah indah menurut versi-Nya. Namun jika ternyata kamu bukanlah orang yang tepat untukku, dan sebaliknya. Maka kita akan bertemu dengan kerelaan untuk saling melepas dan bertemu ikhlas.
Aku masih menunggu dan aku mau kamu tahu itu. Segera datang dan temui aku, kapan pun kau ada waktu.
Komentar
Posting Komentar