Cara Jakarta Mendidik #part 2

Cerita yang akan saya share kali ini berlatar tempat di Senayan, sebenarnya saya ragu menceritakan ini. Tetapi ketika saya berpikir ulang, tampaknya cerita ini sangat penting baik itu untuk saya, untuk sahabat-sahabat dan yang membutuhkannya. 

Kejadian ini terjadi di pertengahan tahun 2015. Waktu itu ketika di senayan sedang ada event antar club hockey, saya berniat mencari panginapan di sekitar sana untuk mes salah satu tim. Saya masuk senayan lewat pintu Gelora Bung Karno (GBK), pertama datang saya ditemani Rika. Kami memutuskan untuk bertanya ke satpam sana tentang penginapan di sekitar senayan, lalu kami dikenalkan dengan seorang bapak-bapak berpakain celana hitam cingkrang, jaket kulit coklat dan peci hitam. Menurut informasi bapak tersebut punya chanel untuk menyewa penginapan di GBKnya. Dan benar saja, setelahnya kami di bawa menemui kenalan bapak tersebut, penginapan yang di tawarkan benar-benar pesis di bawah stadion GBK. Kami belum memberi uang DP untuk menyewa tempat di sana, dan rencananya akan sekaligus melunasi jika sudah fix. 


Di hari berikutnya, kira-kira 3 hari setelah itu saya menemui pihak dari orang yang menegelola penginapan di GBKnya untuk melunasi pembayaran. Kali ini saya ditemenin sama Risma. Pas ke GBK ternyata bapaknya gak ada karena itu juga hari minggu. Di telepon juga tidak diangkat-angkat, akhirnya kami memutuskan untuk menghubungi bapak berpeci hitam. 


Bapak berpeci hitam itu mengintruksikan kami untuk tungguin kabar dia sampai maghrib. Kami menuruti, tapi posisinya anak-anak sudah dateng dan mereka sedang di lapangan, saya dan Risma memutuskan untuk menemui mereka. 

Sekitar pukul 17.30 WIB tetiba saya mendapat pesan singkat dari bapak berpeci itu untuk menemuinya di depan gerbang pintu masuk senayan GBK. Saya melirik Risma, nampaknya dia sedang asik ngobrol sama yang lain. Akhirnya saya memutuskan menemui bapak itu sendirian dengan pamit sama Risma dulu. 

Benar saja pak tua itu sudah ada di tempat, tapi ada yang aneh. Ketika ditanya kabar tentang penyewaan tempat itu dia malah mengajak saya untuk naik motor dulu, lalu saya tanya lagi "emang mau ke mana pak?" Dia bilang kalo kita temui bapak pengurus penginapan GBK, saya percaya... Akhirnya saya menaiki motor nya. 
Tapi ada yang aneh.... 
Jalan yang di lalui bukan jalan yang biasa, 
Mulai panik, saya bertanya lagi "kita mau ke mana lagi pak?"
"Kita ke kantor bapak dulu, ada yang ketinggalan"
Perasaan udah mulai ga enak.. 
Dan yang di maksud dia kantor adalah diantara pohon itu ada 2 bangunan yang gelap, dengan satu bangunan terpisah juga tertutup dan satunya lagi ada bangunan lumayan luas dan ada beberapa pintu. "Ini cadangan kalo seandainya yang di GBK tidak bisa di sewa di sini aja" ucapnya sambil dia beringsut ke bangunan yang banyak pintunya dan membuka salah satu pintunya. 

Tapi di sana gelap, saya tidak berani sedikit pun bergerak dari tempat saya berdiri. Dia beberapa kali memerintah saya untuk melihat dulu ruangan itu, saya tidak mau.. 100% saya ragu. Saya mencoba berpikir baik dengan ngomong baik-baik. 

"Boleh ga pak saya susul dulu teman saya" saya berteriak karena jarak kita 5 meter. 

"Ga usah, kamu cek dulu aja." jawab nya dengan nada meyakin kan

"Tapi saya harus ke temen saya dulu" jawab saya. 



Saya melangkah mundur dan memutuskan lari sprint sekencang-kencangnya, semampu yang saya bisa. Padahal dalam kondisi pake celana jeans, bawa tas yang isinya lumayan dan yang paling mainstream saya pake flat shoes. Saya tidak memikirkan apa-apa lagi saya terus menjauh dari sana meskipun saya takut kalo dia ngejar padahal dia pake motor.

Tapi allhamdulilah Allah masih melindungi saya dan tidak terjadi apapun. Meskipun setelahnya saya merasakan rasa takut yang begitu hebatnya, saya menceritakan ke Risma, dan hasilnya malah semakin takut karena memikirkan kemungkinan buruk terjadi.

Setelah kejadian itu setiap saya pergi ke mana-mana selalu pake sepatu running minimal, termasuk setiap pulang ke Garut, kecuali ke acara tertentu dan berangkatnya bareng rame-rame.
Semoga teman-teman bisa mengambil pelajaran banyak dari tulisan saya ini, hati-hati...  Jangan terlalu percaya sama orang yang baru dikenal, jangan sampai tertipu, baik itu tertipu sama penampilan maupun ucapannya. Berpikiran positif boleh tapi selalu pikirkan juga kemungkinan buruknya. Semoga kita selalu dilindungi Allah dari mara bahaya yang akan menimpa. aamiin..

Read more : Cara Jakarta Mendidik Part 1

Komentar

Postingan Populer