Before & After engagement | Pola Komunikasi



Setelah rentetan cerita acara pertunangan, aku merasakan ada perubahan dari hubungan ini. Perubahan nya masih dalam hal positif, Alhamdulillah. Hal-hal yang bisa aku ceritakan disini akan aku urai satu-satu.

POLA KOMUNIKASI

Meski kita satu angkatan dan sudah saling tahu sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) namun kami bukan teman akrab yang banyak ngobrol. Sehingga ketika Ndi mulai menghubungi itu aku merasa berkomunikasi dengan orang baru, tak ada yang aku tahu tentangnya, pun aku baginya. Kita sama-sama berproses saling mengenal masing-masing tanpa menjadi si paling tahu. Namun satu hal yang pasti adalah aku dan Ndi mau tumbuh dan berproses saling mengenal dan memahami. 

Awalnya tidak mudah, banyak sekali tidak enak dan tersinggungnya. tak dapat dipungkiri bahwa circle pertemanan sangat berpengaruh dalam pola komunikasi hubungan. Ada kalanya sesuatu yang biasa bagi Ndi justru membuat aku tersinggung, pun sebaliknya. Kita sama-sama saling menjaga perasaan untuk tidak tersinggung, aku juga mencoba untuk tidak gampang tersinggung. Namun ada beberapa momen yang mau tidak mau kita bertemu di titik perasaan tersinggung karena salah tanggap dalam komunikasi, Ndi niatnya bercanda aku menanggapinya serius. 

Tidak jarang aku tiba-tiba diam di telepon karena tersinggung. Lalu Ndi akan mulai mereka perihal mana yang membuat aku tersinggung. Sedang aku seperti perempuan pada umumnya ingin ditebak dan berharap pasangannya langsung tahu apa yang dimaksud. Setelah dibujuk rayu, aku tak lantas dengan mudah untuk luluh. Lagi... lagi, sama seperti perempuan lain ada ego yang aku rasa harus dimenangkan. Butuh beberapa waktu buat aku mengelola emosi dan aku mau saat aku mengelola emosi itu aku tak berkomunikasi dengan  Ndi. Sedangkan ia bukan tipe yang seperti itu. Ndi selalu ingin masalahnya selesai saat itu juga. Kami saling memegang ego masing-masing, aku dengan maunya diem dulu, Ndi ingin masalahnya selesai saat itu juga. Hal terparah adalah kami sempat memilih jalan untuk tidak berkomunikasi selama satu minggu. Namun berakhir di hari ke tiga karena pada kenyataannya Ndi dan aku tidak bisa tidak berkomunikasi dalam kurun waktu itu. Bahkan tiga hari saja rasanya ada yang hilang dan kurang. 

Sisi buruk aku saat itu adalah "silent treatment", ketika ada hal-hal yang membuat aku tidak setuju atau sesuatu yang menyinggung, aku bisa berubah jadi dingin, membalas chat dengan singkat dan sangat slow respon. Aku merasa itu adalah cara yang ampuh dalam memberi pelajaran kepada seseorang. biar dia tau dulu apa kesalahannya, karena ketika seseorang minta maaf tapi tidak tahu letak kesalahannya maka yang akan terjadi adalah kesalahannya berulang terus-menerus. Pola berantemnya akan sama, salah satu marah, kemudian menghukum pasangan dengan mendiamkan nya, yang merasa bersalah akan minta maaf, tapi karena tidak tahu letak salahnya jadi kesalahannya akan berulang. Dalam hubungan, hal ini jadi lingkaran yang nantinya mampu menghancurkan hubungan.

___________

Kebiasaan kita setelah beberapa hari setelah berantem, kita akan mengulas kembali, mencari yang salah dan mencoba menemukan jalan keluarnya berdua. Tak jarang malah jadi berantem lagi. Tapi beberapa juga jadi baik dan saling memahami lagi. Karena pada dasarnya kami percaya bahwa pondasi hubungan ini adalah komunikasi dan kami ingin terus tumbuh bersama. Kami terus mencoba menyingkirkan banyak ego. Saat itu dalam prosesnya kami sadar bahwa "silent treatment" itu bukan yang baik untuk hubungan, dan aku juga ingin sekali menyingkirkan sifat itu. Ndi mau membantu ku, meskipun aku juga banyak gagal dalam mencobanya karena ternyata komunikasi dan berbicara secara efektif dalam kondisi marah itu sangat sulit sekali. 

satu-satunya yang pasti adalah aku sayang Ndi, dan aku juga merasa Ndi begitu. Jadi kami mau sama-sama terus belajar dan memperbaiki semuanya. 

Sebelum tunangan ada banyak sekali diskusi yang berakhir pada perdebatan. Tapi tak apa aku merasa bahwa ini adalah proses tumbuhnya hubungan ini. Karena itu aku tahu batas marah nya, aku juga tahu hal-hal yang bisa membuat ia marah, akhirnya aku paham alasan ia marah. Lalu muncul alasan aku memilih dia dan menerima pinangannya karena aku bisa menerima Ndi saat marah. Aku senang kita bisa tumbuh bersama, meski dalam prosesnya tidak mudah namun aku selalu merasa bahwa ada banyak do'a dalam hubungan ini, semua menjaga dari kiri kanan. 


____________________________________

| Part 1| Day 1 | 30 Challenge | Menulis di Bulan Ramadhan | 


 
 

Komentar

Postingan Populer