Kejadian di Indomaret
Kita tidak mendapatkan sesuatu karena kita pantas. Tapi karena Allah ridho saat kita mendapatkanya. "Kapan terakhir kali kamu bersyukur?" aku bertanya pada diriku sendiri. Kita sering lupa bersyukur atas nikmat umur yang diamanahkan Allah sampai hari ini. Masih diberi kesempatan untuk bernafas, diberi rezeki, nikmat sehat, dan hal-hal lainnya. Apa kita hanya bersyukur pada saat shalat ketika membaca al-fatihah saja? sedangkan nafas kita tidak berhenti barang sedetik pun, darah dalam tubuh kita terus menyebar dan mengalir dengan seharusnya, tanpa kita mengaturnya. Mereka bekerja dengan otomatis tanpa kita perintahkan secara lisan. Masya Allah.
__________
Kali ini aku ingin bercerita tentang hal lucu yang kutemukan beberapa waktu lalu. Pelajaran hidup yang bisa menamparku tanpa tangan. Suatu sore usai latihan aku beringsut ke Indomaret dekat kossan, aku berencana untuk membeli saus sambel dan bumbu lafonte. Aku hanya membawa uang Rp.53.000,-. Saat akan menyebrang jalan ada jajanan tahu bulat, aku menawari teman-temanku dan mereka nitip. Aku memutuskan membeli tahu bulat dulu dengan uang temanku, dan uangku utuh. Selanjutnya aku ke Indomaret. Aku mendapatkan apa yang aku butuhkan dengan segera, kemudian ngantre ke kasir setelah sebelumnya mengambil satu bungkus masker yang berisi 6 helai.
Saat sedang mengantre di kasir, aku melihat seorang bapak-bapak pengamen datang ke kasir membawa uang recehnya dan menghitungnya di samping kasir untuk ia tukarkan menjadi uang lembaran. Hati julidku melihat pengamen itu dengan kesal. Kondisinya sedang mengantre dan ia dengan santainya melakukan hal itu tanpa merasa bahwa orang lain terganggu atas kehadirannya (mungkin hanya aku saja). Tidak lama dari itu giliranku untuk membayar. Setelah kuhitung ulang, ternyata harga yang tertera di rak tidak sama dengan harga aslinya dan aku kekurangan uang. Total belajaanku Rp.53.300,- aku kekurangan Rp.300,- . aku meminta kasir Indomaret untuk membatalkan maskerku, karena memang itu tidak ada dalam listku. Setelah kasir Indomaretnya berpikir ulang dan diskusi dengan temannya, ia sempat menanyakan jarak rumahku. Kujawab jauh karena aku males untuk balik lagi. Kemudian ia mengatakan bahwa tak apa jika kurang segitu karena ia merasa bersalah sebab harga yang tertera tidak sama dengan harga yang tercantum.
Kemudian aku berterima kasih padanya dan pengamen itu masih anteng menghitung uang recehannya. Seketika aku merasa bersalah karena meremehkannya dan merasa kesal kepadanya karena perbuatan yang dia lakukan, karena pada momen itu aku bahkan membutuhkan uang Rp.300,- yang bisa menyelamatkan harga diriku karena membawa uang kurang.
Semoga bisa jadi pelajaran untuk ke depannya.
Komentar
Posting Komentar