Orangtua


Bagi mama dan bapak, menjadi orang tua adalah pengalaman pertama. Sebelumnya ia tak pernah menjadi seorang ibu dan ayah, sampai aku lahir barulah ia mulai belajar dan langsung menjalaninya. Sebagai anak pertama, tak jarang aku begitu merasakan kasih sayang mereka yang hanya tercurah limpah untukku, meski sesekali aku juga dimarahi keduanya jika melakukan sesuatu yang menurut sudut pandang mereka salah. 

Sayangnya tidak ada panduan lengkap menjadi orang tua. Saat aku lahir, usia mama 18 tahun. Hari ini pada masaku, perempuan umur segitu terlalu belia untuk membesarkan seorang anak. Meskipun pola pengasuhan sangat dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, namun tidak perlu berpendidikan tinggi hanya untuk berkasih sayang pada anaknya. Aku yakin bahwa hati nurani mereka yang menuntun keduanya untuk terus menyayangiku sepenuh hati dan hidupnya. Jika usianya bertambah dan usiaku ikut bertambah, tapi kasih sayangnya tak pernah pudar; sama seperti saat aku lahir. Padahal dewasa ini aku sering mengecewakan mereka.


Saat aku usia sembilan tahun dan mama melahirkan seorang anak perempuan lagi, mereka belajar untuk membesarkan dua anak yang berbeda usia. Mencoba bisa bersikap adil dan menyangi keduanya tanpa pilih kasih. Aku pikir, mereka juga terus belajar, membesarkan dua orang putri.


_____


Jika dilihat dari sudut pandangku yang utuh, setelah aku berjalan di bumi selama ini dan mengalami pengalaman yang berbeda dengan orang tuaku saat seusiaku. Hari ini tak jarang aku memiliki pemahaman yang berbeda, bahwa mereka tidak tepat dan aku yang tepat. Berpikir bahwa aku bisa mengendalikan kehidupanku sendiri dan mereka tak perlu mencampurinya. Aku kadang menangis hanya karena merasa bahwa salah satu dari mereka melakukan apapun yang tak ingin aku dapat. Aku kecewa dan marah saat bapak berbohong tanpa mendengarkan alasannya. Aku marah saat mama bersikap A padahal aku menyukai B. Aku akan mudah kesal jika mama melakukan A padahal aku ingin B. 


Si Aku yang sebenarnya tetap anak kecil di hadapan mereka ini, gampang sekali tersulut emosinya. Mudah tersinggung karena hal kecil. Sebab semakin besar, ego-nya pun ikut membesar. Aku merasa mereka mudah sekali menyakitiku, aku merasa bahwa mereka tak seharusnya melakukan ABCD...Z. Sampai aku sadar bahwa sebagai anak, aku terlalu banyak menuntut pada mereka. Aku menuntut orang tuaku sempurna, padahal sampai saat ini pun mereka masih terus belajar, tapi aku terlalu menutup diri, bahkan hanya untuk sekadar memaklumi keduanya.

Komentar

Postingan Populer