Teman Sebangku yang Hidup Bersama
Aku harus memulainya dari mana Risma?
Aku akan menceritakan tentang dua anak manusia yang terjebak dalam satu bangku di kelas yang katanya “unggulan”, setelah itu kita berada dalam rotasi yang sama kemudian tinggal bersama dalam satu atap. Dia adalah sahabatku, kami dipetemukan di kelas delapan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu sekolah kami baru mulai kelas Rintisan Standar Nasional (RSSN), di kalangan siswanya lebih populer dengan sebutan kelas unggulan, karena saat kelas lain pulang, kami masih harus tambahan belajar. (Aneh gak sih? kalo sekarang mikirnya aneh karena dikritisi. Kenapa kelas yang diberikan tambahan belajar itu anak-anak yang unggul, bukan anak yang memang membutuhkan tambahan belajar?). Kembali ke topik, pas kelas tujuh aku ditempatkan di kelas B, kemudian saat kenaikan kelas, berkat teman-temanku yang bandel aku dapat rangking satu. Sebenarnya bukan karena prestasiku bagus atau memang pintar, tapi karena teman-temanku lebih hyperaktif dan sering pulang sebelum waktunya, hehe. Terbukti pas masuk kelas A, semester satu peringkatku di kelas adalah ke-25. Mungkin karena masih penyesuaian dengan suasana kompetitif di kelas, setelah itu di semester berikutnya peringkatku ke delapan di kelas. Tapi sampai lulus SMP mentok di situ, paling kalo turun di peringkat sembilan, kalo naik di peringkat ke tujuh.
Pada kenaikan kelas aku tak sendirian yang dipindahkan, ada beberapa orang yang juga dipindahkan, salah satunya adalah seseorang yang sampai saat ini masih bersama. Namanya Risma Riksana Ulfa, hari ini adalah hari ulang tahunnya, tepat pada tanggal 26 Mei 1996 dia dilahirkan. Mari sama-sama memberikan ucapan padanya; HAPPY BORN DAY RISMA...! Terima kasih sudah lahir di bumi. Aku percaya bahwa seseorang itu dihadirkan dalam hidup kita dengan maksud dan tujuan yang dititipkan pemilik kita. Terima kasih, karena risma adalah salah satu orang yang tepat untuk menyampaikan makna persahabatan. Menjalankan peran sahabat dengan baik, meskipun aku tak baik.
Sejak hari pertama aku menempati bangku di kelas delapan sampai kelas dua belas dan lulus SMA, teman sebangkunya adalah orang yang sama. Risma menjadi orang yang tidak beruntung karena harus satu bangku denganku sepertinya. Hehehe. Dia adalah orang yang selalu aku paksa mendengarkan ceritaku saat aku ingin bercerita. Beberapa hal yang selalu aku inget saat sebangku dengannya adalah saat aku menepuk-nepuk lengannya kalo lagi kesel atau gemes sama sesuatu. FYI dulu dia itu badannya berisi, cenderung sangat beisi. Kami sering chatting kalo di rumah masing-masing, padahal di kelas gak pernah berhenti cerita. Lucunya selalu ada saja hal yang menjadi topik untuk dibahas. Risma adalah salah satu orang yang tahu masa laluku, dia bisa membukanya kapan saja jika mau.
Risma adalah orang yang paling tahu saat aku menulis puisi setiap hari untuk orang yang sama, dia tak pernah bosan mendengarkan ceritaku tentang orang yang sama. Sampai suatu hari aku dibuat menangis oleh seseorang itu dan Risma adalah orang yang ada disampingku tanpa mengatakan apa-apa. Hari ini dia adalah orang yang selalu mengingatkanku untuk tetap waras saat memiliki perasaan yang lebih pada orang lain. Sedikit menjengkelkan sebenarnya karena setiap aku bercerita tentang seseorang yang membuatku percaya diri lagi untuk mengakui perasaan, dia selalu menanggapi dengan hal-hal yang masuk akal dan mengingatkanku alasan aku menangis hari itu. Tapi tak mengapa, barangkali memang seperti itu cara untuk menjaga sahabatnya supaya tidak menangis lagi.
Kisah kita tidak akan usai jika harus diceritakan hanya hari ini, terima kasih sahabat posesifku telah mengisi hari-hari yang kujalani di bumi. Percayalah, lebih dari ini pernah kita lalui, jangan henti disini.
Komentar
Posting Komentar