Skrip-Shoot
Aku tidak berencana bisa lulus dengan secepat ini. Bagi sebagian orang mungkin aku telat lulus karena menyelesaikan perkuliahan dalam waktu sembilan semester, tapi bagiku ini malah terlalu cepat. Aku berada di lingkungan yang tidak menjunjung tinggi "Lulus Tepat Waktu". Tapi aku juga menyetujuinya, karena aku merasa bahwa pengalaman itu sama pentingnya dengan teori. Salah satu senior penah bilang padaku, katanya "jangan buru-buru. Seperti padi, biarkan ia berisi dulu." dan aku juga setuju dengan ungkapan itu. Tapi kemudian kenapa aku memutuskan untuk bisa lulus di waktu ini?
Semua ini bermula ketika wisudaan teman satu angkatan. Entah datangnya dari mana, tapi adrenalinku ikut terpacu untuk bisa menyelesaikan skripsi satu semester. Aku melihat kebahagiaan yang tak bisa aku deskripsikan. Mereka sudah menyelesaikan kuliahnya dan bersiap untuk melanjutkan fase baru dalam hidupnya.
Kemudian, aku sekedar berucap yang kurasa menjadi do'a yang terkabul.
"Kita lulus bareng aja yaa..." ucap salah satu sahabatku
"Tapi aku mau lulus semester depan aja, gimana dong?" balasku
"Tungguin...!" balasnya lagi.
"...." aku diam.
___________
Semester 109 tiba dan ini adalah tanda perjalanan skripsiku dimulai. Dalam perjalanan ini, target waktu diri sendiri itu penting karena jika tidak, bisa jadi menundanya terus menerus. Selain itu temen yang udah melewati skripsi juga sangat dibutuhkan untuk membantu. Secara tidak langsung mereka menjadi mentor dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini.
Tanpa ada hambatan sedikitpun, judulku bisa di ACC oleh ketua prodi dan langsung dapat pembimbing. Kemudian hal yang perlu dilakukan adalah lapor sama pembimbingnya. Aku juga sangat beruntung karena mendapat dosen pembimbing yang baik dan mau meluangkan waktunya dalam keadaan sesempit apapun untuk melayani mahasiswanya.
Kemudian aku mulai bimbingan secara rutin di hari senin atau rabu setiap minggunya, ini juga merupakan keuntungan bagiku karena setiap minggu bisa ada progresnya. Dalam hal ini juga aku bersyukur karena pembimbingnya bisa sabar ngadepin mahasiswanya yang sering mentok. Nah... Menurutku, alasan dari beberapa teman yang sering mentok saat mengerjakan skripsi adalah kurangnya bimbingan. Kalo ternyata bimbingannya sudah rutin tapi masih mentok (aku contohnya) jurusnya adalah "kerjain aja". Jangan sampe ditunda, karena kalo sudah menunda sekali, nanti keterusan. Meskipun udah gak tahu harus nambahin apa di skripsi, yang penting kerjain aja. Meskipun males, ya lawan terus kerjain dan berhenti mengikuti diri sendiri, inget.. "kamu ditunggu".
Meskipun kita gak ngerti apa yang dimaksud sama dospem, tetep kuncinya ya kerjain aja. "...Karena mau dihindari bagaimanapun kita akan tetep ketemu sama tuh skripsi kalo mau lulus" (kata sahabarku yang ia juga dengar dari temannya). Hmm, kebiasaanku saat bimbingan adalah selalu merekam ketika dospem lagi ngejelasin. Maklum, aku pelupa. Tapi positifnya adalah setiap revisi bisa langsung ngerjain sambil dengerin rekamannya. Hal ini sangat memudahkan.
________________
Menuju penelitian dan uji coba skala kecil lumayan panjang. Sekitar tiga bulan aku baru selesai mengerjakan BAB I, BAB II, BAB III. Kemudian aku memutuskan untuk uji skala kecil sekitar bulan desember di salah satu sekolah daerah Jakarta Timur. Waktu uji coba juga kejar-kejaran dengan jadwal Ujian Akhir Semester. Jadi mau gak mau harus melakukan uji coba di waktu yang tepat dan memperhitungkan proses perijinan. Apakah ini berjalan mudah?
Aku rasa tidak semudah yang dibayangkan, karena banyak proses yang juga harus dilalui sebelum ke uji coba kecil. Tapi aku selalu percaya bahwa "di setiap kesulitan pasti ada kemudahan". Aku mulai menghadapinya satu-satu. Dari mulai ngurus surat perijinan penelitian di kampus, kemudian datang ke sekolahnya untuk menyerahkan surat dan menunggu tiga hari untuk mendapat keputusan perijinan dari sekolah. Saat itu siswa SMA sedang melaksanakan UAS.
Kemudian tiga hari berikutnya aku diminta pihak sekolah untuk datang. Aku diijinkan untuk melakukan penelitian di sana, tapi harus minta ijin secara lisan ke pembina hockey di sekolah tersebut. Setelah diberikan ijin, aku di arahkan ke bagian tata usaha untuk lapor dan meminta bantuan untuk membuatkan surat balasan perihal ijin penelitian. Kemudian aku menunggu lagi tiga hari, setelah itu barulah mulai melakukan uji coba skala kecil.
Pelaksanaan uji coba ini aku tak sendirian, banyak yang harus dipersiapkan. Aku banyak dibantu oleh beberapa teman, bahkan dari awal sampai akhir. Dari mulai pembuatan alat, sampai saat pelaksanaannya. Semua alat-alat yang dibuat hasil karya Ahmad, Jamjam, Cecep, dan Pito. Saat pelaksanaan aku dibantu penuh oleh Risma, Rika dan Lani.
________
Meskipun kita gak ngerti apa yang dimaksud sama dospem, tetep kuncinya ya kerjain aja. "...Karena mau dihindari bagaimanapun kita akan tetep ketemu sama tuh skripsi kalo mau lulus" (kata sahabarku yang ia juga dengar dari temannya). Hmm, kebiasaanku saat bimbingan adalah selalu merekam ketika dospem lagi ngejelasin. Maklum, aku pelupa. Tapi positifnya adalah setiap revisi bisa langsung ngerjain sambil dengerin rekamannya. Hal ini sangat memudahkan.
________________
Menuju penelitian dan uji coba skala kecil lumayan panjang. Sekitar tiga bulan aku baru selesai mengerjakan BAB I, BAB II, BAB III. Kemudian aku memutuskan untuk uji skala kecil sekitar bulan desember di salah satu sekolah daerah Jakarta Timur. Waktu uji coba juga kejar-kejaran dengan jadwal Ujian Akhir Semester. Jadi mau gak mau harus melakukan uji coba di waktu yang tepat dan memperhitungkan proses perijinan. Apakah ini berjalan mudah?
Aku rasa tidak semudah yang dibayangkan, karena banyak proses yang juga harus dilalui sebelum ke uji coba kecil. Tapi aku selalu percaya bahwa "di setiap kesulitan pasti ada kemudahan". Aku mulai menghadapinya satu-satu. Dari mulai ngurus surat perijinan penelitian di kampus, kemudian datang ke sekolahnya untuk menyerahkan surat dan menunggu tiga hari untuk mendapat keputusan perijinan dari sekolah. Saat itu siswa SMA sedang melaksanakan UAS.
Kemudian tiga hari berikutnya aku diminta pihak sekolah untuk datang. Aku diijinkan untuk melakukan penelitian di sana, tapi harus minta ijin secara lisan ke pembina hockey di sekolah tersebut. Setelah diberikan ijin, aku di arahkan ke bagian tata usaha untuk lapor dan meminta bantuan untuk membuatkan surat balasan perihal ijin penelitian. Kemudian aku menunggu lagi tiga hari, setelah itu barulah mulai melakukan uji coba skala kecil.
Pelaksanaan uji coba ini aku tak sendirian, banyak yang harus dipersiapkan. Aku banyak dibantu oleh beberapa teman, bahkan dari awal sampai akhir. Dari mulai pembuatan alat, sampai saat pelaksanaannya. Semua alat-alat yang dibuat hasil karya Ahmad, Jamjam, Cecep, dan Pito. Saat pelaksanaan aku dibantu penuh oleh Risma, Rika dan Lani.
________
Komentar
Posting Komentar