Menjelang Ujian Skripsi

Cerita tentang menyelesaikan tugas akhir kuliah masih berlanjut. Aku akan memulai cerita dari proses menuju ujian skripsi atau lebih populer dengan "sidang skripsi". 

Banyak hal yang bisa membuat aku menyerah jika mau. Tapi aku selalu berpegang teguh untuk tetap mengahadapinya, terus berjalan dan melangkah. Ada juga beberapa teman yang mulai mencoba menggangguku dengan caranya masing-masing, mungkin bagi sebagian orang ini lelucon. Bagiku justru tidak. Semakin ada tantangan dalam menghadapi semuanya semakin aku merasa tertantang dan membuatku berani menghadapi segala sesuatunya.

Mengeluh?
Iya.
Aku cenderung banyak ngeluhnya malah.
Nangis?
Udah pasti.

Hmm, dalam menghadapi semuanya aku juga cerita sama seseorang yang sudah melewati fase ini. Dia teman satu angkatan, dia juga salah satu orang yang aku merasa semua proses ini bisa dilalui karena dia. Mungkin dirinya sendiri tak akan pernah menyadari itu sampai aku mengatakannya. Tapi akupun tak mau mengatakannya, karena bisa kutebak jawabannya. Kurang lebih dia akan mengatakan ini, "Bukan karenaku, tapi itu karena Eva sendiri." Jadi biarlah aku sendiri yang tahu perihal ini.

Saat aku ragu dan takut menghadapi dosen, dia adalah orang yang bilang, "ya tetep harus ditemuin va, mau menghindari sampai kapanpun tetep harus ketemu." dia adalah orang yang jujur tanpa memintaku berhenti nangis. Awalnya dia juga tak pandai menenangkan, kalimat yang selalu keluar cenderung membuatku kesal. Tapi tanpa sadar kalimat-kalimat itu juga yang buat aku akhirnya bisa tetep lanjut menghadapi semuanya.

Nah, entah dari mana idenya. Tapi saat menjelang daftar ujian skripsi, kalimatnya kenapa jadi begitu menenangkan. Membuatku percaya diri untuk tetap daftar ujian. Bahkan serumit apapun jalannya. Saat aku bercerita tentang rasa takutku karena banyak teman yang menakut-nakuti tentang apa yang terjadi di ruang ujian, dia adalah orang yang bilang,
"Mending Eva ujian, terus nanti buktiin sama orang yang kaya gitu kalo ujian itu gak seperti yang mereka omongin".

Kemudian aku bertekad untuk daftar ujian, tapi jalannya ternyata gak semulus yang kukira. Sebab, saat aku mengajukan surat ke dospem perihal surat ijin ujian, aku diintruksikan untuk melakukan uji coba di sekolah yang berbeda. Hari itu adalah hari rabu, H-10 menuju penutupan daftar ujian di jurusanku.

Aku makin gak ngerti tentang apa yang harus aku lakukan. Padahal dalam benakku aku sudah merencanakan untuk mendaki gunung ceremai bersama perkumpulan hockey UNJ di akhir bulan januari. Aku nyaris menyerah dan berhenti. Aku sempat berpikir akan melakukan uji cobanya semester depan dan berhenti berjuang untuk menyelesaikan semuanya.

Ternyata Allah berkehendak lain, aku semakin percaya tentang semua kesulitan dibarengi dengan kemudahan. Aku tidak mengerti namun hanya bisa mensyukurinya karena dosen pembimbing saat aku Praktek Keterampilan Mengajar (PKM), beliau menghubungiku dan meminta untuk datang ke sekolah. Aku berpikir untuk tidak datang dengan alasan mendaki gunung. Tapi setelah aku mendapat keputusan harus melakukan uji coba lapangan lagi, aku kembali menghubungi beliau untuk konfirmasi bahwa aku bisa datang ke sekolah. Kebetulan yang ajaib bukan?

Aku juga awalnya sempat merasa dilema tentang mendaki gunung, karena aku juga menginginkannya. Tentang hal seperti ini juga aku bercerita sama temanku. Katanya lagi, "longgarkan genggamanmu, rilex. Jika harus melepas salah satu, setidaknya masih ada yang satu. Jika harus melepas dua-dua nya. Ya lepas.."

Ketika aku bingung tentang pilihan, dia tidak menyarankanku untuk memilih salah satu. Dia hanya berucap, kemudian menyerahkan semua keputusannya padaku. Ini yang membuatku selalu merasa nyaman. Kemewahan yang tak pernah dimiliki banyak orang.

__________

Aku menghubungi guru pamong di sekolah yang sebenarnya beliau adalah istri dari dospem PKM ku, jadi kurang lebih beliau sudah tahu maksud dan tujuanku. Saat aku mulai menyapa dan menanyakan kabar beliau, tanggapannya sangat baik dan positif. Katanya, "ibu masih di sekolah, datang saja ke sekolah.."

Besoknya, hari kamis aku langsung menemuinya di sekolah.



Komentar

Postingan Populer