Kejahatan di Bis Kota
Bercerita tentang ibu kota memang tidak akan ada habisnya, kita bisa mengulik dari berbagai kaca mata. Setelah marak isu terorisme di Surabaya akhir-akhir ini, kejahatan dan kriminal juga masih terjadi di banyak tempat. Jika di tempat lain bertopeng, menyamar dan dilakukan secara tertutup, di sini berbeda. Praktek kriminal dilakukan secara terang-terangan, tanpa nurani dan sisi kemanusiaan. Hari jum’at sore aku harus bertolak dari Rawamangun ke Pasar Rebo, ada kepentingan yang harus diselesaikan petang ini. Sebelumnya aku sudah bahas dengan ulasan sederhana tentang beberapa transportasi yang sering aku gunakan di Jakarta, kali ini karena waktunya begitu mepet aku membuat keputusan untuk mengunakan bis 98 mayasari jurusan Pulo gadung - Pasar Rebo.
Aku membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk menunggu bisnya, sejurus kemudian barulah ia datang. Ketika masuk bis, tidak ada yang aneh atau berbeda dari sebelumnya, hanya saja penumpangnya sepi. Selain itu di bagian kursi paling belakang terdapat banyak pengamen dan itu hal biasa. Setelah aku memilih kursi duduk dan bis berjalan cepat, jarak seratus lima puluh meter bis berhenti karena ada penumpang yang mau naik juga. Terdapat satu orang perempuan dan satu orang laki-laki membawa tas ransel warna hitam yang ia simpan di depan dan dijinjingnya kardus pada tangan kanan. Penumpang perempuan duduk tepat di belakangku, sedangkan penumpang laki-laki di sebrangnya.
Tak lama dari kedatangan penumpang itu, salah satu pengamen ke depan, tanpa bernyanyi atau menampilkan apapun, ia hanya melihat satu per satu wajah penumpang termasuk aku, lalu ia langsung meminta uang. Hampir saja aku memberinya, karena aku pikir dia bantuin kondekturnya untuk menagih ongkos, namun penumpang yang lain tak acuh dan tak ada yang memberinya uang, jadilah aku pun sama. Tapi tak lama dari itu tiba-tiba dia langsung menodong penumpang laki-laki yang aku ceritakan tadi, parahnya dia tak sendiran, setelah dia menodongkan pisau tepat di lehernya, tiga temannya langsung menghampiri, memaksa dan mengkroyok penumpang itu. Menyadari kejadian itu penumpang wanita yang duduk di belakangku langsung pindah duduk ke sampingku.
Ketika aku hanya melirik ke belakang dengan ujung mata, teman perampok yang lainnya lalu ke depan bis, berdialog sebentar dan entah apa yang dia omongin, maksudnya adalah mengalihkan perhatian. Lalu tak lama dia juga akhirnya meminta uang, langsung aku kasih atas dasar rasa takut. Total orang jahat itu ada lima orang. Ah, berbicara tentang orang jahat, mungkin semua orang yang ada di bis itu juga adalah orang jahat dan pengecut termasuk aku, bahkan pak supir dan kondektur. Ketika oprasi kejahatan itu berlangsung, pak supir melihatnya di kaca, lalu kondektur entah kemana, dia sepertinya di belakang dan menyaksikan kejadian itu juga. Penumpang di dalam bis itu ada Sembilan orang tidak termasuk yang sedang kena rampok. terdiri dari empat bapak-bapak dan sisanya penumpang perempuan. Tidak ada yang bisa berkutik, padahal semua menyadari kejadian itu. Pura-pura tak melihat dan sibuk menghawatirkan diri sendiri.
Setelah aktivitasnya selesai, lalu semua penjahat itu turun. Kami yang di depan sesekali melirik orang yang tadi kena musibah itu, tatapannya yang membuat aku iba. Mungkin dia berniat untuk pulang ke kampung halaman, setelah berlelah mencari nafkah di ibu kota. Keluarganya sedang menunggu di rumah, berharap ia membawa sesuatu, tapi malah kena musibah. Lagi-lagi, rasa kasihan yang aku miliki tidak berdampak apa-apa.
Setelah kejadian itu, di bulan Ramadhan ini aku akan menghindari bis 98. Mungkin di hari-hari ke depan juga kalo bisa menghindari akan menghindarinya. Lebih baik menggunakan angkutan umum yang lebih sedikit resikonya untuk praktek kejahantan, contohnya busway atau ojek online. Selebihnya kita tidak pernah tahu datangnya musibah dari mana, karena bisa dimana saja, sekuat apa pun kita menghindar jika Allah berkehendak kita tidak pernah bisa menghindarinya. Maka dari itu, kita harus selalu berdo’a kapan pun dan dimana pun, meminta perlindungan kepada-Nya dari marabahaya yang baris menimpa kita, juga melindungi kita dari orang-orang yang dzalim. Aamiin allahuma Aamiin.
Komentar
Posting Komentar