Hutan Mangrove
Happy holiday... khusus mahasiswa, karena sedang libur semester genap dan liburnya pun sampai bulan september, cukup banyak waktu sepertinya. Jadi apa yang dilakukan selama libur?
Bagi sebagian orang yang sudah bekerja mukin jadi lebih fokus sama pekerjaannya, bagi yang aktif di organisasi mungkin juga bisa lebih fokus sama job desk nya, lalu bagi saya?
Emh.... karena belum kerja, gak terlalu sibuk di organisasi juga jadi agenda selama libur kuliah adalah latihan, selebihnya nganggur :').
Kerjaannya mantengin layar hp, banyak baca blog ini juga yang isinya tentang pengalaman pribadi dan menariknya adalah pengalaman travelingnya sangat menginspirasi. Punya mimpi mau keliling dunia tanpa harus membayar tapi di bayar itu emang udah lama banget, dari pas SMP. Sejak banyak baca tentang travel blogger berasanya jadi punya motivasi untuk mewujudkan mimpi itu. Jadilah saya punya rencana untuk pergi ke berbagai tempat yang ingin dikunjungi dan menjelajahinya. Bersyukur kalo emang ada teman yang punya tujuan sama, sekalipun tidak ada kalo ada kesempatan bakal dijabanin dah.
Di latar belakangi dengan pertanyaan "selama tinggal di Jakarta udah kemana aja?" Jadi mari kita jelajahi tempat apapun yang ada di Jakarta. Lalu, saya memutuskan tujuan pertamanya adalah ke Hutan Mangrove di daerah wisata Muara Angke, PIK (Pantai Indah Kapuk) Jakarta Utara. Kenapa ke mangrove?
Sebenarnya mendengar tempat ini udah dari semester 2 kuliah, sekitar tahun 2015. Temen-temen yang bilang tempat itu sangat bagus, sedikit meruntuhkan semua presepsi tentang ibu kota karena ada tempat itu. ibu kota dan hutan, bukannya itu luar biasa ya?
Selain itu pas liat temen-temen yang upload foto di sana juga bagus banget pemandangannya. Tapi karena banyak alasan yang gak memungkinkan ke sana, akhirnya sekarang baru kesampaian buat berangkat ke sana.
Trasportasi ke Mangrove
Awalnya hanya becanda, tapi di seriusin. Saya gak berangkat sendirian, ternyata temen-temen saya pun pengen ke sana. Diantaranya, Kiki, Risma, Rika, Jannah sama ka Ziah. Lumayan rame juga. pas berangkat kami menggunakan jasa taxi online, kemarin kami menggunakan grab. Ongkos dari Rawamangun ke sana Rp.97.000,- tidak termasuk biaya tol. Kalo di totalin semua biayanya sampe Rp.135.000,- karena sampai 4 kali masuk gerbang tol, lalu jumlahnya di bagi 6 deh patungan. Jauh ternyata meskipun lewat tol, dan pulangnya kami memutuskan naik kendaraan umum. Di depan gerbang pintu masuk ada beberapa angkot nomor 11, turun di halte busway penjaringan. Ongkosnya Rp.3.000,-padahal deket banget, kalo tau letak haltenya mending jalan kaki aja, karena bisa sekalian liat-liat daerah PIK dan bisa foto di sekolah budha yang deket lokasi hutan mangrovenya. Bangunannya bagus, lumayan lah kalo buat latar belakang foto berasa di mana gitu...
Kalo udah di halte busway naik deh, transit di blok M, naik lagi ke dukuh atas, lalu naik busway arah pulo gadung turun di halte sunan giri deh, udah selesai. Ongkos busway nya hanya Rp.3.500,-. Jauh lebih murah bukan?
Tapi ya harus sabar nungguin antrian busway nya. Kalo lagi beruntung ya bisa duduk selama perjalanan tapi kalo lagi gak beruntung ya berdiri sampe jompo di busway. Kemaren saya sedang sangat beruntung. Hehehe, alhamdulillah.
Mangrove dan Realita
Harga tiket masuk tempat wisata ini adalah Rp.25.000,- kalo yang bawa motor sama mobil ada biaya parkir nya, dan saya lupa. (:
Banyak presepsi tentang tempat ini, tentunya positif dan negatif. Lalu apa yang akan saya tuangkan di sini hanya sebatas menurut kaca mata saya.
"Realita jauh dari ekspetasi" sering dengar kalimat ini bukan?
Mangrove yang ada di ruang imajinasi saya jauh dengan realita. Mungkin karena mangrove yang ada di imajinasi saya tahun 2015 dan sekarang sudah 2017. Sudah genap 2 tahun.
Kayu reyot, kayu rapuh dan dermaga butek. Itu yang kemaren saya lihat.
Sebenarnya mendengar tempat ini udah dari semester 2 kuliah, sekitar tahun 2015. Temen-temen yang bilang tempat itu sangat bagus, sedikit meruntuhkan semua presepsi tentang ibu kota karena ada tempat itu. ibu kota dan hutan, bukannya itu luar biasa ya?
Selain itu pas liat temen-temen yang upload foto di sana juga bagus banget pemandangannya. Tapi karena banyak alasan yang gak memungkinkan ke sana, akhirnya sekarang baru kesampaian buat berangkat ke sana.
Trasportasi ke Mangrove
Awalnya hanya becanda, tapi di seriusin. Saya gak berangkat sendirian, ternyata temen-temen saya pun pengen ke sana. Diantaranya, Kiki, Risma, Rika, Jannah sama ka Ziah. Lumayan rame juga. pas berangkat kami menggunakan jasa taxi online, kemarin kami menggunakan grab. Ongkos dari Rawamangun ke sana Rp.97.000,- tidak termasuk biaya tol. Kalo di totalin semua biayanya sampe Rp.135.000,- karena sampai 4 kali masuk gerbang tol, lalu jumlahnya di bagi 6 deh patungan. Jauh ternyata meskipun lewat tol, dan pulangnya kami memutuskan naik kendaraan umum. Di depan gerbang pintu masuk ada beberapa angkot nomor 11, turun di halte busway penjaringan. Ongkosnya Rp.3.000,-
Kalo udah di halte busway naik deh, transit di blok M, naik lagi ke dukuh atas, lalu naik busway arah pulo gadung turun di halte sunan giri deh, udah selesai. Ongkos busway nya hanya Rp.3.500,-. Jauh lebih murah bukan?
Tapi ya harus sabar nungguin antrian busway nya. Kalo lagi beruntung ya bisa duduk selama perjalanan tapi kalo lagi gak beruntung ya berdiri sampe jompo di busway. Kemaren saya sedang sangat beruntung. Hehehe, alhamdulillah.
Mangrove dan Realita
Harga tiket masuk tempat wisata ini adalah Rp.25.000,- kalo yang bawa motor sama mobil ada biaya parkir nya, dan saya lupa. (:
Banyak presepsi tentang tempat ini, tentunya positif dan negatif. Lalu apa yang akan saya tuangkan di sini hanya sebatas menurut kaca mata saya.
"Realita jauh dari ekspetasi" sering dengar kalimat ini bukan?
Mangrove yang ada di ruang imajinasi saya jauh dengan realita. Mungkin karena mangrove yang ada di imajinasi saya tahun 2015 dan sekarang sudah 2017. Sudah genap 2 tahun.
Kayu reyot, kayu rapuh dan dermaga butek. Itu yang kemaren saya lihat.
Gambar di atas adalah jembatan yang pegangan kiri/kanan nya rapuh. Selain itu di samping jembatan ada tempat duduk yang di buat dari kayu tapi tidak semua dalam kondisi bagus, beberapa ada yang rapuh juga. Bukannya nyaman untuk di dudukin dan menikmati pemandangan dermaga eh malah takut seketika ambruk. Selain itu kondisi dermaganya pun tidak sesuai ekpetasi karena air di dermaga nya tidak jernih, karena di dermaga itu banyak pohon mangrovenya jadi banyak daun-daun jatuh, alhasil dermaga nya semakin terkesan kotor.
Saya ke sana bukan mencari sisi negatif nya, ah tentu saja saya ke sana ingin mencari sisi lain dari ibu kota dengan di iming-imingi "hutan mangrove". Hutan di ibu kota..
Jauh dari itu, yang saya suka di tempat ini adalah angin nyaa... yaa... angin. Meskipun cuaca hari itu panas tapi karena banyak pohon angin nya semakin berasa banget. Di Jakarta kan jarang banget ngerasain angin, mana bisa gedung-gedung pencakar langit itu meliuk-liuk atau nelambai-lambai seperti nyiur di pantai.
Lebih atau kurang nya saya sangat menikmati berkunjung ke tempat itu.
see you.... 👋🙌
Komentar
Posting Komentar